Hari Radio Nasional 11 September |
Sekarang mau flashbackan jaman radio masih ngehitzz (sekarang masih kok, tapi ya beda dulu beda sekarang kan?) Dan banyak program radio yang menawarkan emm.. anu.. pokoknya banyak acara yang bisa melibatkan pendengar dengan sambungan telfon.
Dan kelas 2 SMP adalah saat dimana gue sering banget nelfon iseng di radio.
Saat itu gue masih pake hape cdma sehingga lumayan murah kalau disambung ke nomor lokal. Biasanya gue kalau ada tugas sekolah langsung diselesaikan disekolah atau dirumah setelah makan siang, jadi kalau sudah malam gue gak ada kerjaan lagi, paling cuma baca buku atau cuci piring. Nah, daripada nonton sinetron gak jelas juntrungannya, saya pun menyalakan radio. Kebanyakan dapat siaran yang memutarkan lagu-lagu remaja yang ngehits, seperti kerispatih, terry, bcl, vierra (dulu gue haters vierra, alasannya cukup jelas ). Suatu hari gue nemu siaran "DUNIA DONGENG" yang ofc muterin lagu anak-anak dan ditutup dengan pembacaan dongeng pengantar tidur.
Gue yang saat itu masih anak smp yang basically masih suka lagu chilhood, jadi langganan siaran Dunia Dongeng. Ditambah lagi banyak lagu anak" Icil yang sering diputar. Icil tuh Idola C*lik, ampun maak, iye iye gue akui gue emang ngalay pada masa itu.
Salah satu bagian penting dari program radio Dunia Dongeng adalah sesi telfon-telfonan. Rata-rata yang nelfon sih anak-anak kecil imut, polos, gemesin, bahkan ada yg belum jelas ngomingnya. Awalnya sih gue cuma kirim sms-sms kirim salam dan request lagu. Sms gue dibaca pun gue udah seneng, apalagi kalau requestan lagu gue diputerin. Iya udaah kalo mau ketawa, ketawa aja, setidaknya gue punya kenangan untuk ditertawakan :p emang situ gak punya? Kesian.
Tapi lama-lama gue mulai terdorong, tertarik, terbanting, dan terlempar untuk mulai menelfon. Gue pun mulai menekan tombol dial, dikelilingi adek dan sepupu sepupu gue, sambil lesehan di depan radio. Seseorang di ujung sana mengangkat telfon.
Dan itulah pertama kalinya suara gue muncul di radio. Gue bicara sama kakak penyiarnya sambil sesekali tertawa tertahan, tapi ditegur sama kakaknya, disuruh kecilin volume radionya dulu soalnya suara gue bergema karena gelombang radio. Yaudah sekalian dimatiin. Setelah salam-salam dan request lagu, gue pun pamit dan menutup telfon. Sejak hari itu, kehidupan kakak penyiar jadi lebih berwarna *eh haha jadi sejak hari itu tuh aku hampir setiap hari nelfon radionya, kadang gantian bicara sama adek sepupu gue. Sumpah demi apa kalau ingat waktu itu gue gak habis pikir. Sampai kakak penyiarnya hapal betul suara gue. Kok bisa? Iya suatu hari gue ketahuan nelfon dua kali, yang pertama nelfon kayak biasa, yang kedua nelfon tapi nyamar jadi orang lain, gue pake nama teman kelas gue padahal teman kelas gue juga dengar siaran waktu gue nelfon tapi pake namanya dia, untung dia gak marah, haha.
Salah Sambung
Ya. Hampir semua orang pernah mengalaminya baik sengaja maupun tidak. Siapa sih yang enggak? Tapi salah sambung terparah yang pernah gue alamin saat gue masih kelas 1 SMP.
Ya. Hampir semua orang pernah mengalaminya baik sengaja maupun tidak. Siapa sih yang enggak? Tapi salah sambung terparah yang pernah gue alamin saat gue masih kelas 1 SMP.
Waktu itu mama menyuruh untuk telfon salah satu tante gue di wartel (warung telfon) terdekat. Berhubung gue gak hafal nomornya, gue diberi secarik kertas yang bertuliskan nomor si tante.
Dial pertama sibuk.
Dial kedua masih sibuk.
Telfon akhirnya tembus setelah dial ketiga.
"Halo tan.."
"Halo, selamat malam, radio blabla, ucapkan paswordnyaaa.." (Anjay. Disini gue belum ngeh kalau gue salah sambung)
"Tante? Ini saya lho"
"Saya? Haha ini dengan mbak siapa?"
"Ekha.."
"Ya, mbak Ekha silahkan apa passwordnya?"
"Mas, tante saya ada disitu nggak? Saya mau bicara"
"Tante? Mbak cari siapa?"
(Penyiarnya ngakak di atas kebingungan gue)
"Mbak kayaknya salah sambung deh"
"Tapi ini benar 0411-xxxxxx kan?
"Iya mbak, tapi ini radio blabla"
Klik. Gue tutup telfon itu seketika.
Malu beneer dah.
Dial pertama sibuk.
Dial kedua masih sibuk.
Telfon akhirnya tembus setelah dial ketiga.
"Halo tan.."
"Halo, selamat malam, radio blabla, ucapkan paswordnyaaa.." (Anjay. Disini gue belum ngeh kalau gue salah sambung)
"Tante? Ini saya lho"
"Saya? Haha ini dengan mbak siapa?"
"Ekha.."
"Ya, mbak Ekha silahkan apa passwordnya?"
"Mas, tante saya ada disitu nggak? Saya mau bicara"
"Tante? Mbak cari siapa?"
(Penyiarnya ngakak di atas kebingungan gue)
"Mbak kayaknya salah sambung deh"
"Tapi ini benar 0411-xxxxxx kan?
"Iya mbak, tapi ini radio blabla"
Klik. Gue tutup telfon itu seketika.
Malu beneer dah.
Chitchat Radio
Ini pengalaman gue yang ke sekian kali menelfon acara radio. Saat itu ujian semester sudah lewat jadi tidak banyak kegiatan belajar mengajar, cuma tunggu nilai keluar. Sorenya gue nganggur gak tau mau ngapain, pokoknya garing banget. Akhirnya gue memutukan untuk mendengarkan radio. Gue cari siaran lagu yang enak biat mellow sore-sore, setelah dapat gue pun duduk sambil minum teh. Pas lagunya abis, ada sesi chitchatnya. Yah ternyata kebiasaan gue kambuh. Waktu itu topik perbincangannya adalah film bioskop yang paling berkesan dan alasannya (kayak soal fisika aja disertai penjelasan -_-). Parahnya, telfonnya tembus padahal gue cuma iseng.
"Selamat sore. Dengan siapa dan dimana?" Sapa penyiar cewe dengan manisnya.
"Ekha di Makassar"
"Kalau di dengar-dengar suaranya masih muda nih, mbak Ekha usianya berapa?" Penyiar cowo nanya-nanya soal usia segala.
"14 tahun"
"Wah bener kan, masih muda" (Trus?)
"Ekha sharing dong film bioskop yang paling berkesan dan kenapa"
Film ya.. hmm
"Sang pemimpi kak, saya suka, kemarin abis nonton"
"Ohya? Gimaba ceritanya" (Idih, mbak penyiarnya minta spoiler gratisan)
"Ya gitu mbak, bagus kok" jawab gue sekenanya.
"Emang filmnya bercerita tentang apa?"
"Tentang anak muda kak"
"Udah gitu doang?"
"Iya gak nonton full juga"
"Kenapa gak sampai full", kepo banget kakaknya
"Soalnya pas di akhir-akhir, kebelet pipis"
Sepasang penyiar itu pun tertawa.
"Sayang ya kebelet pipis jadi ada yang terlewat"
Ini pengalaman gue yang ke sekian kali menelfon acara radio. Saat itu ujian semester sudah lewat jadi tidak banyak kegiatan belajar mengajar, cuma tunggu nilai keluar. Sorenya gue nganggur gak tau mau ngapain, pokoknya garing banget. Akhirnya gue memutukan untuk mendengarkan radio. Gue cari siaran lagu yang enak biat mellow sore-sore, setelah dapat gue pun duduk sambil minum teh. Pas lagunya abis, ada sesi chitchatnya. Yah ternyata kebiasaan gue kambuh. Waktu itu topik perbincangannya adalah film bioskop yang paling berkesan dan alasannya (kayak soal fisika aja disertai penjelasan -_-). Parahnya, telfonnya tembus padahal gue cuma iseng.
"Selamat sore. Dengan siapa dan dimana?" Sapa penyiar cewe dengan manisnya.
"Ekha di Makassar"
"Kalau di dengar-dengar suaranya masih muda nih, mbak Ekha usianya berapa?" Penyiar cowo nanya-nanya soal usia segala.
"14 tahun"
"Wah bener kan, masih muda" (Trus?)
"Ekha sharing dong film bioskop yang paling berkesan dan kenapa"
Film ya.. hmm
"Sang pemimpi kak, saya suka, kemarin abis nonton"
"Ohya? Gimaba ceritanya" (Idih, mbak penyiarnya minta spoiler gratisan)
"Ya gitu mbak, bagus kok" jawab gue sekenanya.
"Emang filmnya bercerita tentang apa?"
"Tentang anak muda kak"
"Udah gitu doang?"
"Iya gak nonton full juga"
"Kenapa gak sampai full", kepo banget kakaknya
"Soalnya pas di akhir-akhir, kebelet pipis"
Sepasang penyiar itu pun tertawa.
"Sayang ya kebelet pipis jadi ada yang terlewat"
Jirrrr, mereka tertawa, padahal gue jawabnya dengan sungguh-sungguh.
Udah deh ah gue jadi baper ingat dua penyiar tadi. Begitulah pemirsa, gue dan radio pernah membuat kenangan bersama. Although that almost of the memories hmm how to say that.. weird but funny. Haha. Tapi jujur gue selalu rindu dengar radio. Apalagi kalau dibandingkan nonton siaran tv negeri. Lebih mirip kebun binatang haha.
And last.. selamat hari radio.
Dengar radio, semoga bisa meredam segala kerinduan (>^ฯ^<)
Dengar radio, semoga bisa meredam segala kerinduan (>^ฯ^<)