Tumbuh dewasa bukan masalah sama sekali, melupakan adalah masalah.
-Pilot, The Little Prince Movie
Sejak setahun yang lalu, saat diriku akhirnya menginjak usia 19, aku
mendamba untuk membuat tulisan –semacam surat. Surat yang sudah pasti sarat
akan permintaan dan keinginan yang ingin kucapai di masa kepala duaku. Sebelas
bulan kemudian, seperti yang kita duga, aku masih belum menulis apapun.
Oh iya, di postingan
ini aku memutuskan menulis menggunakan “aku”, sok manis sekali.
Sebenarnya, usia dua-puluh tak ubahnya seseorang saat masih
berusia sembilan belas, hanya digit pertamanya saja menjadi dua, bukan lagi
satu. Bagaimana ceritanya terbangun di pagi hari seseorang in dramatically berubah. Berubah menjadi “orang dewasa” dalam satu
malam. Definisiasi dewasa bukan soal usia. Berumur dan menjadi tua adalah
pasti. Tapi bersikap dewasa adalah pilihan. Sikap yang bahkan bisa kita temukan
pada anak kecil dengan kaki kecil berdempul debu, yang pagi harinya sudah harus
mencari makanan di jalanan, atau pada anak-anak orang kaya yang cerdas, yang
malam-malamnya di antara jejeran mainan-mainan seharga sekarung gula tidak
perlu pusing memikirkan besok makan apa, tak lantas menghalanginya bersikap
dewasa.
Semua-muanya butuh proses. Satu akan melewati dua untuk menjadi
tiga, lebih dekat dengan empat dan selangkah lagi menjadi lima.
Kemudian, hal apa yang sudah kucapai di usia belasan? Sayangnya tidak
banyak. Sayang sekali. Semoga di usia seperlima abad keinginan dan tujuanku
bisa tercapai. Bukan hanya itu sih, aku berharap bisa melakukan hal-hal berguna
untuk orang banyak, orang-orang yang kusayangi, dan untuk alam pemberian-Nya.
Itu aja sih.
Selamat
menanti usia duapuluh!