Sayangnya aku belum memiliki bagian pertama dari novel ini (Les
Miserables 1: Fantine). Buku ini pun kudapatkan secara kebetulan di TB Graha
Media M’Tos pertengahan Agustus.
Baca juga: August to October Readlist
Tapi karena sebelumnya pernah menonton filmnya, dan saking sukanya
aku nonton berkali-kali, maka dengan pedenya aku baca saja buku keduanya meski
belum membaca yang pertama.
Buku kedua ini yang masih bersetting negara Prancis pertengahan
abad 17, melanjutkan kisah di buku pertama dimana Jean Valjean berencana
menemukan seorang gadis kecil bernama Cosette yang merupakan anak dari mendiang
Fantine –wanita yang sekarat di jalanan setelah kehilangan pekerjaannya.
Jadi, aku sudah punya gambaran bahwa di buku pertama ini berkisah
dari keluarnya Jean Valjean dari penjara yang benar-benar telah merenggut semua
kebahagiaannya. Valjean dihukum pada tahun 1796 untuk kasus pencurian. Namun
keluar dari penjara bukan berarti kebabasan baginya. Ia tetaplah seorang
tahanan yang hidupnya di bawah pengawasan polisi kota. Karena keinginannya
untuk hidup layak, Valjean akhirnya kabur ke kota kecil M. Sur M., mengubah
identitasnya dan memulai kehidupan baru yang didambanya.
Beberapa tahun berlalu, seorang lelaki asing bernama M. Madeleine
muncul di Departemen. Berkat metode baru, ia akhirnya menghidupkan kembali
industri setempat. Berkat jasanya ia kemudian diangkat menjadi walikota.
Lalu polisi setempat menemukan kebenaran bahwa M. Madeleine tidak
lain adalah seorang mantan narapidana yang telah melanggar pembebasan
bersyaratnya. Ya, dialah Jean Valjean. Namun sebelum kembali dijebloskan ke
penjara, Jean Valjean dengan kekuatannya yang di atas rata-rata berhasil
meloloskan diri (lagi), dan berencana mencari Cosette. Cosette malang yang
dititipkan di keluarga Thenardier.
Cosette
Sebagian buku ini berisi kronik sejarah Prancis termasuk di
dalamnya Pemberontakan Prancis tahun 1832 dan 1848. Pengalaman penulis yang
terlibat langsung dalam peristiwa tersebut membuatnya mampu menceritakan sejarah
dengan sudut pandang berbeda dari kebanyakan penulisan kisah sejarah.
Oh iya, kita
kembali ke Cosette.
Cosette yang sejak kecilnya ditinggal ibu yang mencari nafkah,
dititipkan di Montfermeil. Tepatnya di sebuah rumah sekaligus penginapan kecil
yang dikelola pasangan Thenardier. Cosette sendiri mempunyai dua kegunaan bagi
pasangan Thenardier, mereka memaksa sang ibu untuk mengirimkan uang dan
menyuruh sang anak untuk melayani mereka. Jadi, ketika sang ibu berhenti
membayar, pasangan Thenardier tetap memelihara Cosette dan menjadikannya
sebagai pelayan di rumah itu.
Di suatu malam yang dingin dan sangat gelap, si kecil Cosette
diperintahkan untuk mengambil air di sungai. Menembus pekatnya malam, tangan
kurusnya mengangkat ember yang besarnya setengah ukuran tubuhnya.
Pada saat itu, dia tiba-tiba merasakan bahwa embernya tidak
seberat sebelumnya; sebuah tangan, yang tampaknya bagaikan tangan raksasa
baginya, baru saja meraih gagang ember, dan mengangkatnya dengan penuh
semangat. Lelaki ini, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, meraih gagang ember
yang dibawanya.
Terdapat naluri untuk semua jenis pertemuan kehidupan. Anak itu
tidak merasa takut sedikit pun juga.
“..Semua
kehidupannya telah berubah sejak dia bertemu dengan lelaki baik itu di hutan.
Cosette, yang tidak pernah memahami arti kebahagiaan selain sesekali
kebahagiaan kecil, tidak pernah tahu seperti apa rasanya berlindung di bawah
bayangan dan naungan sayap seorang ibu.” –hal.192
“..Oleh
karenanya, kehidupan tampaknya sangat menarik baginya; orang lain terlihatnya
sebagai seseorang yang baik dan adil; dia tidak lagi membenci siapa pun, dia
tidak melihat alasan mengapa dia tidak akan hidup hingga tua, mengingat anak
ini mencintainya. Dia melihat seluruh masa depan membentang di depannya,
diterangi oleh Cosette sebagai cahaya yang menawan.” –hal.220
Victor
Hugo (26 Februari 1802-22 Mei 1885)
Sumber klik di sini |
Victor Hugo membutuhkan
waktu hampir 20 tahun untuk merancang, menulis, dan menghadirkan Les
Miserables. Konon, karakter Jean Valjean diinspirasi oleh Eugene Francois
Vidocq, seorang mantan kriminalis yang akhirnya banting setir menjadi penegak
hukum sampai akhirnya menjadi kepala Departemen Investigasi Kepolisian Prancis.
Vidocq inilah yang membantu Hugo dalam riset salah satu karyanya. Tanggal 30
Juni 1861 sekitar pukul 08.30 pagi, Hugo menyelesaikan keseluruhan naskah Les
Miserables. Selepas penerbitannya tahun 1862, Les Miserables dengan cepat
menjadi bacaan yang berpengaruh pada masa itu. Tidak hanya di Prancis tetapi
juga meluas hingga ke negara-negara lain seiring dengan penerjemahan dan
penerbitannya ke dalam berbagai bahasa.