Sampai
berapa lama suatu peristiwa mampu bertahan menjadi bahan obrolan hangat yang
seakan tidak ada habisnya untuk dibahas? Satu minggu? Dua Minggu? Entahlah.
Hari ini adalah minggu ketiga pasca ELE dan sebelum keriuhannya benar-benar
reda dan akhirnya menjadi kenangan pembuka tahun 2017, aku akan menuliskannya
sedikit. Ya, sedikit dari banyak sekali cerita yang muncul berkat ELE.
Jadi
tahun ini adalah giliran angkatanku untuk menjadi pelaksana Elexhibition.
Elexhibition atau biasa juga kami sebut ELE merupakan singkatan dari English
Literature Exhibition.
Meski
sudah lewat dua minggu yang lalu, tepatnya tanggal 11-12 Januari tapi masih
banyak rasa yang tertinggal di perhelatan tahunan anak jurusan Sastra Inggris
UIN Alauddin Makassar ini, uhuyy. Oke mungkin bagi beberapa orang yang
terlibat, iya seperti itulah.
Tema
tahun ini adalah Islamorphosa. Setidaknya sampai dua minggu menjelang hari H.
Jadi, saat beberapa bulan sebelumnya kami mengadakan rapat angkatan untuk menentukan
tema kegiatan, ada beberapa usulan yang masuk, termasuk aku yang saat itu
mengusulkan tema Islamorphosa ini. Sedihnya, banyak yang bingung dengan tema
usulanku ini, bahkan saat voting, hanya 4 orang (doang) yang memberikan suara.
Bahkan aku mendengar komentar semacam, "bisa gak usulnya jangan yang
aneh-aneh begitu?"
And
theeeen you know what? Di bulan terakhir persiapan ELE temanya diganti, dan
Islamorphosa didapuk jadi tema tahun ini, huh apaan.
ELE
bukan hanya pementasan yang wajib kami lakukan atas nama tugas akhir semester
lima saja. ELE lebih dari itu. Meski pentasnya (hanya) 2 hari saja di bulan
Januari, tapi persiapannya sendiri sudah sejak awal semester lima. Jadi
kira-kira ada tiga bulan waktu kami untuk banting tulang mempersiapkan
diri.
Panitia
ELE terdiri dari perwakilan setiap kelas, sisanya pemain. Entah itu panitia
atau bukan, masing-masing berjuang demi kesuksesan acara.
Dan
bahkan usaha kami saja rasanya belum cukup tanpa bantuan dari berbagai pihak,
yang sekecil apapun bantuannya namun sangat membantu kami. Terutama para senior
di fakultas Adab dan Humaniora, yang bantuan fisik dan dorongan mentalnya
sangat sangat membantu kami. Apalah jadinya ELE ini tanpa mereka. Kemudian aku
ingat wejangannya kak Rio, salah seorang coach Grup 1 drama, bahwa
setelah kami tahu bagaimana kesulitan-kesulitan yang kami hadapi, semoga tahun
depan, saat giliran angkatan di bawah kami yang berjuang, hati kami terketuk
untuk mengulurkan tangan, semampunya.
Mendekatkan
yang jauh, merapatkan yang dekat
Ini
fakta, meskipun agak memalukan diakui, bahwa sebelumnya, hubungan antar kelas
di angkatan kami tidak sedekat setelah kami menjalani persiapan ELE. Serius.
Selain teman kelas sendiri, kami tidak mengenal banyak di luar itu. Oke mungkin
kenal wajah, tapi untuk ngobrol masih segan. Fakta lainnya adalah angkatan kami
tidak merasakan malam inaugurasi karena suatu hal. Dan berkat ELE, ya hmm
semoga kedekatan ini bisa berlangsung seterusnya.
Oh
iya, selain mengenal di luar kelas, dengan teman kelas sendiri pun semakin
dekat, lebih dekat dari sebelumnya. Bukan cuma baiknya, busuknya juga haha
*evil laugh*
Ada
banyak yang bisa kami pelajari dan ada banyak pengalaman yang kami rasakan.
Jadi di ELE selain mementaskan drama, ada juga pembacaan puisi dan film. Dan
filmnya bukan sekadar film pendek atau dokumenter. Ya ini film panjang gaes.
Project film ditangani oleh masing-masing kelas. Angkatanku terdiri dari empat
kelas, sehingga ada empat film yang dibuat.
Untuk
penampilan drama, dibuat empat kelompok yang anggotanya diacak dari empat
kelas. Dan aku kebagian grup 1 drama. Untungnya aku sekelompok Tillah dan Ipul,
sehingga mengurangi kekhawatiranku ditempatkan dengan banyak orang baru. Ya
tahulah aku bagaimana anaknya.
Kelompok
drama ini kemudian dibagi lagi menjadi dua untuk pembacaan puisi. Jadi sebut
saja ada empat kelompok drama, masing-masing dipecah dua sehingga total ada
delapan grup puisi. Jadi selama dua hari perhelatan ELE akan ada 4 film, 4
drama, dan 8 puisi.
Untuk
latihan drama dan puisi baru benar-benar aktif dilaksanakan memasuki
pertengahan bulan Desember. Kalau kami semua berpengalaman sih masih mending.
Ya kali. Tapi bersyukurlah kami ditangani oleh pelatih-pelatih yang sabar dan
lihai. Banyak dari kami merasa ini adalah pengalaman pertama kami bersentuhan
dengan dunia pertunjukan. Terutama aku. Ya gaaeeess aku yang tiap harinya kaku
sekali dan tidak ada ekspresi, setelah ELE? Tidak banyak berubah sih hahaha.
Kan jadi figuran. Kendala utamaku, aku akui, suaraku. Suaraku sangat sangat
kecil dan halus... kalau diam. Haha. Serius. Suaraku sangat kecil dan kalau
dipaksa teriak akan terdengar sangat jelek. Saat pembacaan puisi diriku sangat
kepayahan. Tapi Alhamdulillah, bisa kulalui dan tidak mengacaukan penampilan
grup kami.
Teruntuk
kak Arang, kak Rio, dan bang Jul (sekiranya kalian membaca ini, tapi semoga
saja tidak! Haha) terima kasih atas bimbingannya dan atas waktu, tenaga dan
pikiran yang kalian curahkan baik untuk grup 1 serta keberlangsungan ELE. Oh
iya, maaf aku terlalu banyak tingkah.
Drama
yang kami tampilkan sesuai tema Islami tahun ini adalah Kingdom of Heaven. Itu untuk grup 1 drama. Tiga drama lainnya
adalah The Preacher, Muhammad SAW The Last Prophet, dan Fetih 1453
Tulisanku
mungkin cukup sampai disini,
tapi cerita tentang keriuhan ELE akan selalu terkenang *tjiaah
tapi cerita tentang keriuhan ELE akan selalu terkenang *tjiaah
Terakhir,
(aku mohon) izinkan aku mengutip Kak Kayyis dalam salah satu unggahannya:
Setelah
ini, kita akan saling melupakan. Entah sesuatu tentang HT yg lowbatt, pentul yg
tak cukup atau boot yg kekurangan meja. Tapi tak apalah. Jika nanti kau buka
satu atau dua file foto tentang ini, ingatlah, kita pernah terlalu bahagia.
Islamorphosa!