Kelas
3 SD adalah terakhir kali aku merasakan naik bus Damri. Waktu itu aku menemani
almarhumah nenek mengunjungi rumah salah seorang saudarinya di Kabupaten Gowa,
tepatnya daerah Pallangga dekat stadion Kalegowa.
Posisi
duduk andalan tentu saja di bagian belakang, dan aku senang sekali kalau
kebagian tempat duduk paling belakang dan samping jendela. Karena posisi bangku
belakang lebih tinggi dari bangku lainnya.
Selain
itu, aku sebisa mungkin menghindari angin dari jendela yang terbuka dan ac
kendaraan, soalnya aku ini tipis, mudah sekali masuk angin hahaha.
Serius.
Penyakit
sedikit-sedikit-masuk-angin ini begitu menyusahkan dan menganggu integritasku
sebagai penikmat perjalanan jarak jauh
*cyah
Setelah
bus tidak beroperasi lagi, angkot atau bekennya di sini disebut pete'-pete' ini kemudian menjadi andalan
masyarakat untuk bepergian ke daerah sekitaran kota.
Tapi
nampaknya jumlah pete-pete' yang mengaspal di jalan raya begitu banyak dan
kerap menjadi biang kemacetan saat mengambil, menurunkan, dan menunggu
penumpang di bahu jalan, terutama di tempat publik yang sebenarnya di pinggir
jalan tersebut sudah disesaki kendaraan yang parkir.
Dan
kemudian Makassar butuh diupgrade perihal transportasi publiknya. Faktanya, banyaknya
angkot yang kerap menimbulkan macet dan ngetem di bahu jalan, sopir
ugal-ugalan, dan kejahatan di jalan yang terjadi membuat warga (termasuk daku)
mendambakan transportasi publik yang nyaman dan aman.
Ah
sebelumnya maaf tulisan ini bukan bermaksud untuk sok tahu, menyinggung atau
merendahkan pihak tertentu, bukan kok. Stay positive ya.
Oke
kembali membicarakan bus, saat pertama mendengar berita comebacknya *tjieh bahasanya dengan wujud yang lebih
oke, aku dengan semangat dan antusias yang sebenarnya tidak begitu perlu,
sangat sangat ingin untuk naik bus ini. Tinggal cari waktu, juga travelmate
dong. Emang mau kemana? Ya tidak ada tujuan mau kemana sih tapi di sini
tujuanku kan naik bus keliling kota, terserah aku kan hahaha
Nah
rencana itu muncul sekitar tahun 2014, dan.. masih tidak terealisasi hingga 14
Februari 2017.
Tapi kemudian,
dua hari sebelum pilkada serentak 2017 kemarin itu aku chatting dengan salah
seorang teman dekatku (sebut nama jangan ya?) yang kemudian menjadi partnerku
menjalankan misi yang lama tertunda tersebut.
Aku
cerita bahwa dulu sekali aku ingin iseng naik bus keliling Makassar, trus basa
basi ajak eh dia mau! Ah senangnya. Kami pun janjian ketemu pukul 9 pagi.
Rencana
kami mulai rute dari Mall Panakkukang, sekalian beli cemilan, haha jadi bisa
sekalian piknik di atas bus kan.
Tapi
kami harus menahan diri saat tiba di MP, karena saat itu terjadi aksi boikot
bus oleh para sopir taksi. Akibatnya bus tidak bisa berhenti di halte
sebagaimana biasanya untuk menaikkan penumpang, padahal ada begitu banyak calon
penumpang yang menunggu di situ, termasuk aku dan partnerku itu.
Karena
sudah terlanjur di luar dan daripada mati penasaran tidak naik bus kami pun
mengambil motor yang tadinya kami parkir, membayar parkir dan menuju ke
Karebosi. Kenapa maunya ke Karebosi? Supaya bisa parkir di Karebosi Link
(Karlink).
Setelah
masuk memarkirkan motor, kami berjalan kaki menuju halte depan Rs Pelamonia
yang letaknya sebenarnya berseberangan dengan Karebosi tapi kalau dari Karebosi
Link, ada jarak tak sampai 200 meter lah. Padahal di Karlink ada sih haltenya.
Tidak tahu juga wkwk saat itu kami hanya asal jalan, cuacanya juga sedang
mendung jadi ya sekali sekali jalan lah.
Rincian Rute untuk koridor 2:
Mal GTC-Trans Studio-Jl Metro Tanjung Bunga-Jl Penghibur-Jl Pasar Ikan-Jl Ujung Pandang-Jl Ahmad Yani-Jl Bulusaraung-Jl Masjid Raya-Jl Urip Sumoharjo-Jl AP Pettarani-Jl Boulevard-Mal Panakukkang (pergi).
Mal Panakukkang-Jl Boulevard-Jl AP Pettarani-Jl Urip Sumoharjo-Jl Bawakaraeng-Jl Jenderal Sudirman-Jl. Sam Ratulangi-Jl Kakatua-Jl Gagak-Jl Nuri-Jl Rajawali-Jl Metro Tanjung Bunga-Trans Studio-Mal GTC (pulang) (sumber:Wikipedia)
Begitu
masuk ke dalam bus, hawa sejuk AC menyambut. Untungnya tidak terlalu banyak
penumpang dan bangku belakangnya masih kosong, uwuwu senangnya.
Sebelumnya
aku pernah dengar pendapat beberapa orang yang pernah naik bus ini, sangat
nyaman dan meski sekarang sudah beken tapi ternyata masih sering sepi
penumpang. Ya wajar sih, mungkin perihal rute yang tidak sefleksibel jasa
transportasi lainnya.
View from the bus, melewati seanjungan pantai Losari~ |
Selain
nyaman, ongkosnya pun terbilang ekonomis, yaitu Rp4500. Dan perjalanan keliling
Makassar itu terbilang sangat murah karena aku dan partnerku hanya sekali beli
karcis yaitu saat naik di depan RS Pelamonia hingga turun di Karebosi yang mana
saling berseberangan.
Sayangnya
karena kejadian di MP aku tidak sempat membeli satu pun stok snack, walau
begitu, senangnya ada partner yang bisa diajak ngobrol dan diskusi (ugh bahkan
di atas bus pun masih diajak diskusi sama dia), tapi sisa perjalanan bus itu
kuhabiskan melihat ke luar jendela, mendengar lagu, bahkan merajut juga dengan
nyaman.
Lama
perjalanan satu putaran bus itu sekitar kurang dari sejam lah. Jadi setelah
turun di Karebosi, sisa sore hari itu kuhabiskan dengan jalan jalan. Cie.
Seru
sih, karena itu, seminggu kemudian aku lagi-lagi naik bus haha. Bedanya kali
ini aku berhasil naik dari depan MP.
Kali
kedua inu mungkin kurang kunikmati sih, soalnya pas naik aku kebagian tempat di
bagian depan dan pas di atas kepalaku itu pendingin, jadi ya masuk angin, ugh,
apaan. Padahal sudah beli banyak-banyak camilan. Untung teman seperjalananku
yang ke dua, Aji, tidak begitu cerewet, jadi aku bisa duduk membatu, berharap
tidak kemasukan angin lebih banyak lagi. Bukannya menikmati, malah berharap
supaya busnya cepat-cepat sampai.
Mungkin
lain kali kalau naik bus aku harus minum tolak angin dulu atau sarabba'. Huh
apeu.