Malam
tadi aku berfikir tentang ketakutan. Kupikir, setiap orang punya
ketakutannya masing-masing.
Malam,
berlaku untuk sebagian orang, adalah waktu mereka akan merasakan ketakutan-ketakutannya.
Adik
sepupuku takut kala malam akan melihat yang "lucu-lucu".
Ibunya,
takut anaknya ketakutan.
Mendengar
cerita tante dan sepupuku, adikku ikut-ikutan takut keluar malam sejak
itu.
Tapi
takut tidak mengenal waktu dan tempat.
Teman SMP-ku dulu, sebut saja W pernah
histeris sambil berjingkat di atas kursi karena.. seekor laba-laba kecil. Iya,
laba-laba kecil yang dulu kalian ambil trus sengaja disodok-sodok di
pergelangan tangan, biar digigit dan berubah jadi mutan keren seperti
Spiderman. Takut itu seperti perasaan suka, ya, kan? relatif.
Ada
juga temanku yang takut makan ikan lagi setelah tersedak tulang ikan. Bukan
cuma ikan, pokoknya makanan seafood ia tak mau sentuh.
Beda
dengan ketakutan akan materi, ketakutan yang sesungguhnya adalah takut yang
muncul dijemput oleh prasangka. Misal rasa takut karena kecintaannya pada
dirinya. Jenis ketakutan itu akan mendorongnya melindungi diri. Perlindungan
diri semisal pencitraan.
Ah, aku jadi teringat postinganku yang sebelumnya
perihal pencitraan si fulana :(
Aku
tidak suka dengan muka duanya. Lantas sadar aku juga tidak suka ideku untuk
menulisnya dalam postingan sebelumnya.
Tadi kubilang setiap orang punya
ketakutannya masing-masing, ya, kan?
Akhirnya
aku tahu takutku.
Aku
takut tumbuh dewasa menjadi wanita tua menyebalkan.