Awal tahun
2019 ini aku mulai disibukkan dengan revisi skripsi. Astaga akhirnya saat seperti
itu tiba juga. Aku mengumpulkan uang untuk membeli sebuah printer yang bisa untuk
scan dan fotokopi juga. Demi mendukung perskripsianku. Tapi baru beberapa bulan
dipakai, printer itu tidak kupakai lagi, cartridge bermasalah dan aku malas
untuk memperbaikinya.
Minggu terakhir
Januari, aku akhirnya seminar proposal, yang mana hal itu sebenarnya bisa
kulaksanakan bulan September 2018. Tapi ada kendala, dan seperti biasa, saya
malas untuk menyegerakannya. Aku keluar dari ruangan seminar proposal yang
meski ingin kurahasiakan namun beberapa teman kelasku hadir di sana. Masih di
hari yang sama itu aku menuju kafetaria, masih mengenakan setelan hitam putih,
menemui seorang kamerad membahas project kami. Ya! Aku sangat excited. Salah satu
cita-citaku –memiliki toko buku, bakal terlaksana. Meski masih berupa toko buku
daring, aku berharap ia akan berkembang dan bermanfaat. Kunamakan ia Distraksi
Book. Nama yang kami sepakati setelah lusinan opsi nama. Aku menghubungi
penerbit-penerbit indie, major ataupun kecil. Juga toko buku-toko buku di
Makassar. Astaga! Tahun ini bakalan seru saja.
Di bulan
Februari aku sudah menjalani lebih dari 50% ujian komprehensif, kalau aku cukup
serius, mungkin aku bisa wisuda di bulan April, bisa juga tidak, aku tidak
sepenuhnya yakin. Aku tidak terlalu terburu-buru untuk hal itu.
Cukup kusayangkan
beberapa bulan setelah pulang dari Toraja Utara, Bersenangbenang belum sibuk,
ya mungkin bukan saatnya saja. Aku bisa lebih fokus ke toko buku daringku itu.
April, Mei,
Juni, aku cukup sibuk dengan bacaan dan jualan buku, meski begitu bukan berarti
aku tidak memikirkan tugas akhirku. Aku selalu merasa kurang percaya diri
dengan penelitianku ini, aku merasa mengerjakannya sendirian. Paling tidak ada
sedikit titik terang di penghujung bulan Juli. Ya aku akhirnya ujian tutup di
bulan Agustus, dengan perasaan campur aduk. Hasil penelitian yang sudah
kunikmati sebagai ‘personal property’ ini membuatku sensitif dengan semua
pendapat pembimbing dan penguji. Karena itu aku merasa hanya aku seorang yang
mengerti itu. Koreksi yang kuterima ada yang membantu, terutama soal teknis. Tapi
ya ampun, dosen-dosenku hanya membuatku bingung dengan petunjuk yang saling
bertolakbelakang. Aku rasa aku tidak sepenuhnya mendapatkan apa yang betul-betul
kubutuhkan. Atau, apakah diriku saja yang belum bisa belajar dari itu semua?
Salah satu
yang menarik di tahun ini adalah: AKHIRNYAAA AKU BERTEMU RARA SEKAR DAN BEN
LAKSANA. Aku tidak menyangka huhu. Sayang saat mengikuti workshop itu aku tidak
mempersiapkan banyak hal, seperti menyusun pertanyaan-pertanyaan untuk
kusampaikan langsung kepada Rara Sekar. Gitu deh, aku mendaftar workshop
content creator itu tanpa mengharapkan apa-apa dan tidak ada persiapan berarti.
3 hari
setelah workshop aku akhirnya wisuda. Tepat di tanggal lahirku! Di hari usiaku
menjadi 2 3.
Aku tahu
banyak sekali yang harus kuevaluasi dari diriku. Ini agak susah. Ketika jengah
dari usaha kita untuk menemukan bentuk itu, aku tidak mau berakhir menjadi
orang lain.
Sebuah cafe DILIKE dekat bundaran Samata yang tidak ada lemon tea dalam menunya,
19.52 pm